Senin, 29 Agustus 2016

MAHAKARYA - Dieng Culture Festival 2016 (PART I)

Agustus, lagi lagi di bulan Agustus. Salah satu bulan yang jadi favorit buatku pribadi. Beberapa tahun sejak kuliah, bulan ini selalu ada cerita ‘lain’ yang kadang terlalu sulit di ceritakan, saking speacless akan apa yang dialamin, karena terlalu amaze sama perjalanannya mungkin ya.



Tahun ini, Agustus kembali melahirkan sebuah Kisah Sebentar dari daerah yang aku pengen sebut Desa Diatas Awan, Dieng Plateau. Tujuan utama dari perjalanan kali ini yaitu jadi Partisipan di acara Festival Dieng 2016, melihat mahakarya yang mengemas salah satu Budaya Indonesia, Pemotongan rambut Anak Gimbal. Motif lain dari jalan kali ini adalah Reuni sama member #20dayswithyall (Mas Hanif, Moga dan Fadjar) yesss! saat yang tepat untuk melepas rindu tanpa drama ini, happy anniv! Serunya, kita nambah personil di jalan kali ini, hallo Iwit ! welcome to the trap!



Karena aku belum bisa solo traveling, untuk ke acara ini lagi lagi kita diajak sama Moga yang sekalian booking tiket Festival, dibantu sama Iwit yang ketar ketir nyari homestay, Fadjar yang sempet galau ikut atau engga dan akhirnya cabut ikut juga, dan Mas Hanif yang nyampe pegel nyopir Jogja - Dieng, Dieng - Jogja.


Bandung to Jogja, 4 Agustus 2016
Perjalanan dimulai saat aku sama iwit yang berangkat dari st. Kiaracondong, naik kereta Pasundan pagi yang kearah Lempuyangan - Jogja, sampai Lempuyangan sekitar jam 2 siang, disanalah meeting point dengan mas Hanif, dan ups ! malemnya sempet ngidam ke Tempo Gelato juga Angkringan, dan dikabulkaaaan, terimakasih kuncen Jogja. Oiya kalian harus coba ice cream rasa Kemangi, itu lucu! :D

mampir sebentar, karena besokannya kita bakal jemput duo buruh asal Jakarta, harus pagi.


Jogjakarta to Dieng, 5 Agustus 2016
Setelah sarapan di homestay daerah Kasihan - Jogja, Mas Hanif pun jemput kita meski kesiangan dan bikin Moga sama Fadjar kering sampai jadi bayangan di st. Lempuyangan, mereka gabisa protes, pokonya gabisa! Gimana caranya kita bisa sampai ke Dieng? beginilah...

Kereta Ekonomi tetap jadi idola, sampai kapanpun (kecuali kepepet)

Sampailah kita di Dieng sekitar jam 12.30, waktu dimana orang lain pada bubar Jumatan, kita malah bubar dari mobil dan cari homestay yang udah dipesan, dilanjut makan siang. Harus kalian tahu, meski siang bolong, di Dieng itu adem! dan jangan ditanya berapa suhu saat malam, kau akan tahu sebentar lagi...


karena ga begitu lapar, aku cuma pesen sop jamur tanpa nasi, dan setelah balik homestay ketika yang lain terkapar bobo siang, aku baru mulai lapar dan pas banget ada mamang baso lewat, surgaaaa! di cuaca yang semakin mendingiiiiin, kuah baso Dieng itu penghangat yang mujarab, ajib! sengaja aku makan agak berisik maksudnya buat bangunin mereka yang boci, dan sampai kuahnya abispun, mereka tetap tidur. Seperti dugaanku, mereka agak mutung pas tau aku abis beli bakso Dieng~ (sebenernya rasa basonya mirip2 di Bandung ko)


Sore sekitar jam 5an, lantai homestay yang udah dilapisin karpet makin dingin dan kerasa ke badan, jaket dan sepatu udah kita pake untuk hiking kecil kecilan ke bukit yang direkomendasikan dari pemilik homestay, Bukit Scotter namanya. Berjarak ga sampai 1 kilo, dan setengah jam jalan juga pasti udah sampai ko kita di atas Bukitnya. Walau ga dapet suset, tapi kedatangan kita ke Dieng berhasil disambut oleh landscape superb dari Bukit Scotter .. Hallo Dieng, kami datang, kami kedinginan, tapi tetap riaaang~



Malam di Dieng dan lupa bawa jaket tebal itu agak lucu sih, tapi mungkin karena banyak orang disekitar, aku bebas dari hypotermia. Prediksi suhu saat itu sekitar 4 sampai -4 derajat celcius (minus guys!) dan setelah dari bukit Scotter, kita dateng ke Acara Jazz di Atas Awan, berlokasi di komplek Candi Arjuna, sekitar 5 menit dari homestay. Dibanding kedinginan dan kelaparan, kita memilih untuk ngisi perut dulu dengan nasgor dan iwit yang beli nasi + ayam, biar yang tersisa tinggal ‘kedinginan’ ditengah jazz, what a freeze night ! ever! ini pertamakalinya buatku, nonton konser jazz di tempat super dingin dan lesehan. Sensasinya lain, kalian harus coba!



Performance yang ditampilin unik unik, meski aku bukan penikmat jazz yang loyal, so far so good laaah, bisa nyanyi sambil bibir dan badan gemeteran. Oya, satu perform yang kayanya susah dilupain, gausah sebut nama lah ya pokonya dia tampil gapake nyanyi, cuman iringan musik jazz dan backsound2 dan di perform akhir dia muterin rekaman yang menurutku agak scary sih, rekaman asli anak kecil yang nelfon polisi gara gara ayahnya mukulin satu keluarga, bising, percakapan antara polisi, anak kecil, dan suara dibelakang anak itu.. suara bapanya yang lagi mukulin, singkatnya kayak gitulah. Inipun aku ngetik jadi kebayang lagi, ngeri, tapi mungkin itu keunikan yang dia punya di panggung jazz, aku ga gitu paham.


malam itupun di hiasi fireworks yang entah berapa duit terbuang gitu aja di udara

Karena udah mulai ngantuk2 (entah parno gara2 salah satu perform), kitapun balik homestay dan sempet jajan tahu bulat (ini makanan kayanya bakal jadi legendaris, dimana mana ada). Sampai di homestay, cek kasur .. dinginnnnnn! untung selimutnya dikasih 2, tapi dinginnya tetep nempel. Tapi percaya atau engga, aku tetep tidur pulaaaaaas. Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan men?

lanjut ke postingan kedua, Karena inti acara belum dimulai hari itu ...
klik DISINI

3 komentar:

  1. Aku follow dulu aja ya blognya. Hehe..

    BalasHapus
  2. Aku salah akun kayanya, ngefollow blog kamu malah pake email kantor.. 😅

    BalasHapus