Senin, 29 Agustus 2016

MAHAKARYA - Puncak Dieng Culture Festival 2016 (PART III)

<< Part II klik Disini

Last Day in Dieng, 7 Agustus 2016
Sesuai rundown, hari itu adalah hari Pemotongan Rambut anak anak Gimbal. Tradisi yang sudah turun temurun ini dijadikan festival dan diselenggarakan sedemikian rupa sehingga keunikannyapun memiliki magnet khusus yang menarik kita untuk datang di tahun ini. Kesannya bukan festival kalau ga ada iring - iringan atau arak arakan.

Beruntung, arak arakan Festival lewat di depan homestay yang kita inapi. Sekitar jam 10an, rombonganpun lewat dan kami mengikuti dibelakangnya.




Sebelum menyaksikan pemotongan rambut, kita sarapan dulu di salah satu warung yang menjual Mie Ongklok. Sepertinya ini makanan khas daerah Dieng, dan enaaaak ! murah lagi, cuman Rp 10.000. Deskripsi singkatnya : Mie ongklok itu, kuahnya kaya lomie, cuman ga gitu kental, ada tambahan kolnya dan bumbu rempahnya cukup kerasa. Selain mie ongklok, kita juga nyicip bala bala yang menjadi makanan pembuka, masih anget, mantap! disela sela nunggu Mie Ongklok, ternyata arak arakan juga lewat menuju ke komplek Candi Arjuna, how lucky we are!

ternyata, bang Anji juga ikutan jadi bagian dari yang di Arak






Setelah perut kenyang, kita pun jalan jalan sebentar di sekitar candi sebelum ke area acara inti. Mas Hanif tiba tiba ngilang yang ternyata ke toilet, agak lama sampai aku telfon dan kukira dia keracunan, ternyata emang wcnya ngantri, yowes, selfie dulu bentar.




Kalau kita gabisa bahagia kaya gini terus tiap hari, setidaknya kita ga saling lupain, kalau kita pernah ngakak lepas bareng, saat jauh dari hiruk pikuk kota, saat orang tua dirumah tetap mendoakan kita agar pulang dengan selamat. Yuk, bersyukur teruss!!



PEMOTONGAN RAMBUT ANAK GIMBAL
Sejujurnya, agak malu datang ke festival tanpa tahu dan baca baca banyak tentang nilai sejarahnya. "Anak berambut gembel adalah anak bajang titisan Eyang Agung Kaladate dan Nini Ronce selaku leluhur warga suku Dieng. Karena dianggap titisan dewa itulah, maka anak berambut gembel tidak boleh dipotong rambutnya secara sembrono (asal). Jika rambut anak gembel dipotong tidak melalui acara ritual yang khusus, maka si anak akan jatuh sakit dan dipercaya akan mendatangkan bencana bagi keluarganya." Selengkapnya mungkin bisa dibaca di sini ya


Tahun ini, ada 12 anak yang dipotong rambutnya (kalau salah, tolong koreksi ya). Uniknya, setiap anak punya permintaan lucu yang hari itu juga dikabulkan. Beberapa yang kuinget  permintaanya :
  1. Ingin ditemani 2 bidadari (jadinya ada 2 cewe yang dandan cantik dengan atribut tradisional yang mungkin menyerupai bidadari)
  2. anak sapi (karena katanya dia ingin mensejahterakan masyarakat sekitar dengan hasil ternak mandiri, super!)
  3. mas
  4. karet gelang 4 buah (bukan hanya 4, tapi panitia ngasih satu bungkus karet)
  5. sepedah
  6. boneka
  7. Ingin dipotong oleh pak gubernur
  8. ingin dipotong oleh bang Anji

Sisanya aku lupa, dan sayangnya kita ga liat semua proses pemotongan dan ga ikut acara di Telaga Warna pas  rambutnya di hanyutkan karena dikejar waktu kereta di Jogja yang mengharuskan kita datang sebelum magrib,  but overall.. we’re happy for every single day in this event







she’s cute and the name is Vaya, nice to met you :)

Hari itupun kita tutup dengan lagi lagi perpisahan yang menuntun kita untuk balik ke aktivitas normal. Mas Hanif yang balik ke Pati, Fadjar dan Moga yang balik ke Jakarta, dan Aku sama Iwit yang balik ke Bandung. 

Sekian Mahakarya yang bisa aku share, semoga menginspirasi, semoga kita semakin tergerak untuk minimal bangga sama Indonesia, yang kaya akan budaya, dan landscape alamnya yang bikin gamau pulang. Negeri yang jadi zona nyamanku sepertinya.

Jadi, kapan kita jalan lagi? gatau, kita lihat nanti.

Last : Cerita serupa tapi beda versi juga bisa dibaca diblog temenku, Moga Adiangga disini


terimakasih, dan maaf kalau banyak yang “pabaliut” (Pabaliut dalam bahasa Indonesia artinya berantakan) baik dalam segi bahasa, alur cerita, maupun ilustrasi yang ditampilkan, sampai jumpa lagi Indonesia diluar meja kantor dan rumah..


thanks to : Allah SWT, Ibu, Ayah, Naufal, Syifa, dan keluarga inti dari partner jalan Dieng, Afi yang aku komporin terus ke gelato dan Dieng, Iwit, Mas Hanif, Moga, Fadjar, Wisma Pasca Sarjana UMY, Burjo, Tempo Gelato, Panitia Penyelenggara Dieng Culture Festival, Pemilik Homestay yang udah nyediain air panas, Greeneration Indonesia khususnya baGoes khususnya lagi Pa Dicky dan Teh Ratih yang udah ngasih ijin untuk Rina kerja diluar kantor saat itu, dan seluruh pihak yang terlibat yang gabisa kesebut karena lupa


see you on the next post ya :)




-end-



Mau balik lagi ke Part sebelumnya? boleeeh~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar